Penulis : Irving Karchmar
Penerbit : Mizan
Tahun : Maret 2012
Halaman : 305 halaman (kurang lebih segitu deh, ha..)
Genre : Religi (Spiritual), Petualangan.
Kilas kisah :
Bab awal dimulai ketika sekumpulan darwis (orang yang
berguru dengan seorang sufi) berkumpul dan berdialog dengan syaikh mereka
(guru) tentang kehidupan. Kemudian datanglah seseorang yang dikatakan oleh
syaikh sebagai teman lama/murid lama bernama Profesor Freeman Solomon seorang
ahli simbologi, bersama putrinya Rebecca seorang tentara yang telah selesai
bersekolah, dan sahabatnya Kapten Aronn Simach seorang perwakilan Mosad. Prof.
Freeman mengatakan bahwa Kapten Simach telah menemukan sebuah silinder berhias
permata berisi sebuah pesan berbahasa Yahudi tertua yang dia yakini sebagai
petunjuk keberadaan cincin nabi Sulaiman yang legendaris, yang dapat
mengendalikan semua jin di muka bumi.
Malam itu diskusi yang membawa Rebecca
mengalami pertarungan jiwa terjadi sehingga dia memilih menjadi darwis,
kemudian dilanjutkan dengan peristiwa Kapten Simach yang sempat mengalami masa
trans (Kesurupan) dan membawa pesan dari nabi Sulaiman, setelah peristiwa itu
dan perasaan tenang yang dia alami, diapun memilih menjadi darwis.
Kemudian datanglah seorang qandahar (darwis yang mengembara
sendirian) yang mereka sebut si Faqir. Mereka berbincang dan memutuskan untuk
mencari cincin nabi Sulaiman sesuai dengan yang ditunjukan pesan.
Maka pergilah mereka, Profesor Freeman, Rebecca, Kapten
Aronn Simach, bersama tiga darwis utusan syaikh, Ali dan Rami bersaudara serta
Ishaq sebagai juru tulis yang bertugas mencatatat semua peristiwa, dan si Faqir
misterius sebagai penunjuk jalan.
Di perjalanan mereka mengalami banyak peristiwa yang
menyadarkan mereka akan kebesaran Tuhan, mereka juga akhirnya melihat sendiri
kebijaksanaan dan kesaktian dari si Faqir yang diseluruh tempat yang mereka
temui memiliki nama yang berbeda, Al Qulub, Sidiqq, Iman, dan banyak panggilan
lainnya. Mereka berjalan mencari ‘Gerbang Surga’, melewati badai pasir di
tengah gurun, hingga masuk ke dalam alam jin dimana tidak ada makhluk hidup
selain bebatuan hitam, bangunan aneh, dan hawa-hawa para jin yang tidak
terlihat.
Review :
Kisah ini mungkin adalah kisah fiksi, tapi bagiku mungkin
bukan fantasi, karena semua sosoknya (jin, wali, darwis, Qutb) memang ada, dan
ke-sufi-annya juga ada.
Sehabis baca aku narik nafas, rasanya baru pulang dari alam
jin alias Jinnistan.
Awalnya aku pikir ini adalah sejenis buku petualangan biasa
dengan perjalanan-perjalanan misterius penuh sihir dan jin. Namun ternyata
kisahnya jauh dari perkiraan. Bukan berarti mengecewakan, karena saat selesai
membaca aku berpikir ingin memberinya sampul dengan warna berbeda agar lebih
terlihat pentingnya buku ini. Orang-orang yang suka baca buku spiritual sepertinya
wajib baca buku ini. Isinya begitu mencerahkan, banyak sekali pesan-pesan
terselubung dari setiap percakapan terutama kalimat-kalimat yang diucapkan oleh
Syaikh dan Si Faqir, mengingat kedua tokoh inilah yang paling pendiam dalam
cerita, dengan menjunjung sifat kesederhanaan, kediaman, dan tentu saja
misterius.
Banyak hikmak yang bisa diambil ketika membaca buku ini, dan
kenyataannya aku menyukai buku ini bukan hanya karena aku seorang muslim,
karena sumpah deh, meskipun buku ini adalah buku spiritual yang jelas mengambil
kegiatan pada darwis yang kebanyakan muslim, kisah ini jelas-jelas netral. Dimana
buku ini tidak condong pada satu agama, buku ini menjelaskan betapa menariknya
belajar dengan orang bijaksana tanpa harus membatasi diri sendiri. Yang mengendalikan
kita hanyalah adab antarmanusia. Kisah ini tidak sedang menarik kita untuk
masuk ke dalam sebuah agama sebagai sebuah nama, tetapi lebih pada cara hidup
bijaksana, mempercayai Tuhan, mendekat kepada Tuhan, dan berdo’a. Di kisah ini
tokoh penting pembuka petualangan yaitu Profesor Freeman, Rebecca, dan kapten
Simach adalah seorang yahudi, dan ketika sang Profesor berdoa ala Yahudi, yang
lain tersenyum senang karena sang profesor telah lama tidak berdoa. Jadi yang
terpenting adalah bagaimana mengingat Tuhan pada diri masing-masing manusia.
Sudut pandang cerita yang dipakai adalah sudut pandang
Ishaq, sang juru tulis. Buku ini seakan adalah hasil dari catatan yang dia buat
setelah bertualang. Tutur kata dalam kisah ini juga sangat indah dan puitis,
semacam membaca tutur Kahlil Gibran versi modern, meski kadang ambigu dan sulit
dimengerti. Memang tulisan semacam itu juga ada kekurangannya, bisa menjadi
membosankan dan memang diawal bab aku seringkali mengantuk. Keseruan muncul
setelah Profesor Freeman muncul.
Just take it and read, gak bakal nyesel, karena banyak pesan
moral dan spiritual di buku ini. Memberikan rasa baru dari buku-buku spiritual
yang pernah aku baca sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar