Sabtu, 20 Oktober 2012

The Dustland Trilogy1 (Blood Red Road)


Judul : The Dustland Trilogy Book 1 (Blood Red Road)
Penulis : Moira Young
Penerbit : Mizan Fantasi
Tahun : Juli 2012
Halaman : 499 halaman

Resensi :
Saba dan Lugh adalah dua saudara kembar yang tinggal di sebuah desa bernama Silverlake. Dulunya tempat itu subur dan nyaman, tetapi lama kelamaan kehancuran mencapai tempat itu sehingga menjadi gersang dengan hamparan gurun dan badai pasir yang tiba-tiba datang. Mereka tinggal bersama seorang adik bernama Emmi, ibu mereka meninggal setelah melahirkan dia, dan ayah mereka seorang pembaca bintang yang depresi.
Hari itu selepas badai pasir yang muncul mendadak, sekumpulan orang mendatangi mereka, menculik Lugh, dan membunuh ayah mereka. Tinggalah Saba dan Emmi yang marah.

Saba akhirnya bertekad menyelamatkan saudara kembarnya, Emmi awalnya ingin dititipkan kepada seorang kerabat di Darktrees tetapi Emmi bersikeras dan mengikuti Saba menuju Hopetown, mengejar Lugh.
Diperjalanan mereka ditangkap oleh dua suami-istri Pinch dan dijual kepada Master Kerangkeng, seorang bos di Hopetown yang mengelola Kerangkeng, ajang pertarungan brutal untuk bahan taruhan. Dalam sekejap Saba dengan gejolak amarahnya menjadi terkenal dengan sebutan Malaikat Kematian karena tidak sekalipun pernah kalah dalam sebuah pertarungan. Hingga dia mendengar kabar dari teman satu sel bahwa kemungkinan Lugh dibawa oleh raja ke Freedom Fields untuk dijadikan tumbal perpanjangan hidup raja pada malam pertengahan musim panas karena dia memenuhi syarat, anak laki-laki yang dilahirkan pada siang pertengahan musim dingin. Saat penumbalan adalah tiga minggu dari saat itu. Keinginan Saba untuk terbebas semakin besar.
Seorang anak baru bernama Epona muncul di Kerangkeng, pertarungan pertamanya melawan Saba dan kalah. Saat itulah Saba mengetahui sesuatu, Epona adalah salah satu Rajawali Bebas, dan banyak Rajawali Bebas diluar yang berencana menghancurkan Hopetown dan membebaskan semua petarung, Saba tidak menyia-nyiakan kesempatan.
Di Kerangkeng dia bertemu dengan seorang laki-laki bernama Jack, petarung lain yang juga ternyata tangguh, hobi berusaha melarikan diri, dan Saba sadar sesuatu mendorongnya untuk mendekat kepada Jack. Batu-Hati peninggalan ibunya yang konon dapat membantu pemiliknya menemukan hasrat hatinya, dan disanalah Saba menemukan Jack.
Akhirnya mereka, Saba, Emmi, Jack, Epona, Ash seorang teman rajawali bebas lain, bersama teman-teman aneh Jack bernama Ike dan Tommo, serta Nero si burung gagak peliharaan Saba yang pintar berkelana melewati Pegunungan Hitam, Cacing-Neraka yang ganas, hingga sampai ke Freedom Fields.
Komentar :
Awal-awal baca aku pikir ni buku jalan ceritanya rada-rada absurd. Moira tipe penulis yang gak terlalu suka menjabarkan sesuatu secara panjang lebar. Sering juga ada pengulangan satu kata. Misalnya : pembohong.pembohong.pembohong. yang selalu terngiang dalam hati Saba. Ternyata ceritanya tidak sekedar kumpulan kata menjadi kalimat, semakin jauh perjalanan mereka semakin seru pula, terutama ketika Saba dibawa ke Kerangkeng dan menunjukan sisi lain dirinya. Special for Jack, gawd, aku pernah ngerasain jatuh cinta sama cowok karangan di novel, dengan sosok tinggi, kurus, kuat, penuh luka, adalah ketika baca Delirium dengan tokohnya Alex Sheats, sekarang Jack muncul dengan karakter yang lebih nakal tetapi lovable. Sebenarnya dia sering juga melakukan hal-hal absurd seperti menakut-nakuti Saba di air terjun dengan melepas baju dan telanjang untuk mandi, sebelum terlanjur melihat Saba sudah kabur dan dia hanya tertawa puas mengerjai cewek yang dia cintai itu, kadang dia juga bertingkah teenlit banget, menggunakan tehnik pura-pura pingsan agar Saba memberikan nafas buatan, argghhh geregetan banget sih sama si Jack ini haha. Rada-rada childish ya, tapi entah kenapa aku gak bisa benci sikap childish nya.
Ketegangan demi ketegangan juga berlalu dengan cepat, jadi banyak peristiwa yang terjadi. Halaman ini Lugh diculik, beberapa puluh halaman tiba-tiba Saba sudah jadi malaikat kematian, di halaman selanjutnya tiba-tiba Saba dan Jack berciuman. Moira menceritakan dengan cepat dan efisien tetapi tidak terburu-buru, dia pintar menempatkan cerita.
It’s so awesome dystopian novel. J Aku bakal selalu menunggu kehadiran Jack di buku kedua Dustland Trilogy ini. (Kalo gak salah judulnya, The Rebel Heart, cuma gak tau bakal diterbitkan sama Mizan apa enggak).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar