Penulis : Moira Young
Penerbit : Mizan Fantasi
Tahun : Juli 2012
Halaman : 499 halaman
Resensi :
Saba dan Lugh adalah dua saudara kembar yang tinggal di
sebuah desa bernama Silverlake. Dulunya tempat itu subur dan nyaman, tetapi
lama kelamaan kehancuran mencapai tempat itu sehingga menjadi gersang dengan
hamparan gurun dan badai pasir yang tiba-tiba datang. Mereka tinggal bersama
seorang adik bernama Emmi, ibu mereka meninggal setelah melahirkan dia, dan
ayah mereka seorang pembaca bintang yang depresi.
Hari itu selepas badai pasir yang muncul mendadak,
sekumpulan orang mendatangi mereka, menculik Lugh, dan membunuh ayah mereka.
Tinggalah Saba dan Emmi yang marah.
Saba akhirnya bertekad menyelamatkan saudara kembarnya, Emmi
awalnya ingin dititipkan kepada seorang kerabat di Darktrees tetapi Emmi
bersikeras dan mengikuti Saba menuju Hopetown, mengejar Lugh.
Diperjalanan mereka ditangkap oleh dua suami-istri Pinch dan
dijual kepada Master Kerangkeng, seorang bos di Hopetown yang mengelola
Kerangkeng, ajang pertarungan brutal untuk bahan taruhan. Dalam sekejap Saba
dengan gejolak amarahnya menjadi terkenal dengan sebutan Malaikat Kematian
karena tidak sekalipun pernah kalah dalam sebuah pertarungan. Hingga dia
mendengar kabar dari teman satu sel bahwa kemungkinan Lugh dibawa oleh raja ke
Freedom Fields untuk dijadikan tumbal perpanjangan hidup raja pada malam
pertengahan musim panas karena dia memenuhi syarat, anak laki-laki yang
dilahirkan pada siang pertengahan musim dingin. Saat penumbalan adalah tiga
minggu dari saat itu. Keinginan Saba untuk terbebas semakin besar.
Seorang anak baru bernama Epona muncul di Kerangkeng,
pertarungan pertamanya melawan Saba dan kalah. Saat itulah Saba mengetahui
sesuatu, Epona adalah salah satu Rajawali Bebas, dan banyak Rajawali Bebas
diluar yang berencana menghancurkan Hopetown dan membebaskan semua petarung,
Saba tidak menyia-nyiakan kesempatan.
Di Kerangkeng dia bertemu dengan seorang laki-laki bernama
Jack, petarung lain yang juga ternyata tangguh, hobi berusaha melarikan diri,
dan Saba sadar sesuatu mendorongnya untuk mendekat kepada Jack. Batu-Hati
peninggalan ibunya yang konon dapat membantu pemiliknya menemukan hasrat
hatinya, dan disanalah Saba menemukan Jack.
Akhirnya mereka, Saba, Emmi, Jack, Epona, Ash seorang teman rajawali
bebas lain, bersama teman-teman aneh Jack bernama Ike dan Tommo, serta Nero si
burung gagak peliharaan Saba yang pintar berkelana melewati Pegunungan Hitam,
Cacing-Neraka yang ganas, hingga sampai ke Freedom Fields.
Komentar :
Awal-awal baca aku pikir ni buku jalan ceritanya rada-rada
absurd. Moira tipe penulis yang gak terlalu suka menjabarkan sesuatu secara
panjang lebar. Sering juga ada pengulangan satu kata. Misalnya : pembohong.pembohong.pembohong. yang
selalu terngiang dalam hati Saba. Ternyata ceritanya tidak sekedar kumpulan
kata menjadi kalimat, semakin jauh perjalanan mereka semakin seru pula,
terutama ketika Saba dibawa ke Kerangkeng dan menunjukan sisi lain dirinya.
Special for Jack, gawd, aku pernah ngerasain jatuh cinta sama cowok karangan di
novel, dengan sosok tinggi, kurus, kuat, penuh luka, adalah ketika baca
Delirium dengan tokohnya Alex Sheats, sekarang Jack muncul dengan karakter yang
lebih nakal tetapi lovable. Sebenarnya dia sering juga melakukan hal-hal absurd
seperti menakut-nakuti Saba di air terjun dengan melepas baju dan telanjang untuk
mandi, sebelum terlanjur melihat Saba sudah kabur dan dia hanya tertawa puas
mengerjai cewek yang dia cintai itu, kadang dia juga bertingkah teenlit banget,
menggunakan tehnik pura-pura pingsan agar Saba memberikan nafas buatan, argghhh
geregetan banget sih sama si Jack ini haha. Rada-rada childish ya, tapi entah
kenapa aku gak bisa benci sikap childish nya.
Ketegangan demi ketegangan juga berlalu dengan cepat, jadi banyak
peristiwa yang terjadi. Halaman ini Lugh diculik, beberapa puluh halaman
tiba-tiba Saba sudah jadi malaikat kematian, di halaman selanjutnya tiba-tiba
Saba dan Jack berciuman. Moira menceritakan dengan cepat dan efisien tetapi
tidak terburu-buru, dia pintar menempatkan cerita.
It’s so awesome dystopian novel. J Aku bakal selalu menunggu
kehadiran Jack di buku kedua Dustland Trilogy ini. (Kalo gak salah judulnya,
The Rebel Heart, cuma gak tau bakal diterbitkan sama Mizan apa enggak).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar